PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN
MUGHOL DI INDIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah
Materi Pembelajaran SKI
Disusun Oleh :
LILIS SURYANI 11532033
NAFISAH 11532034
Dosen pembimbing : Dra. Ulfah Harun, M.Pd.I
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
CURUP 2014
KATAPENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang maha kuasa yang mana karena rahmat dan hidayah- Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam bagi hamba dan
rasul-Nya, Muhammad SAW, yang ia utus sebagai rahmat bagi semesta alam, sebagai
pemberi kabar Gembira bagi orang-orang yang beriman dan memberi peringatan bagi
orang-orang kafir.Berkat rahmat, kekuatan, kesehatan jasmani dan rohani yang
diberikan oleh-Nya akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Peradaban
Islam Masa Kerajaan Mughol Di India ”. Dan juga kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Dra. Ulfah Harun, M.Pd.I selaku dosen pembimbing bidang studi,serta
teman teman yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam pembuatan tugas
ini, semoga bermanfaat bagi yang membacanyan.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun kedepannya.
Curup, 1 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Permasalahan....................................................................................... 1
BAB II Pembahasan............................................................................................... 2
A. Asal Usul Kerajaan Mughal di India................................................... 2
1. Sejarah Munculnya Kerajaan
Mughal ............................................. 2
2. Raja-raja Kerajaan Mughal.............................................................. 4
B. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal........................................... 8
C. Sebab-sebab Kemajuan Kerajaan Mughal.. ........................................ 12
D. Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Mughal............................... 17
BAB III Penutup................................................................................................... 18
A.
Kesimpulan........................................................................................ 18
B.
Saran ................................................................................................. 19
Daftar Pustaka......................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerajaan Mughal berdiri seperempat
Abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi, jadi, diantara ke tiga kerajaan besar
Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda.[1] Kerajaan
Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan
kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak
benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu
wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan
Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam,
kembali muncul.
Di kalangan masyarakat Arab, India
dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India telah
mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir,
hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun
perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya
berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam.
Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas eksistensi Kerajaan
Mughal di India yang identik dengan Hindu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Asal Usul Kerajakan Mughal di India?
2.
Siapa Saja raja yang Memimpin Kerjaan Mughal di India?
3.
Apa saja penyebab Kenajuan dan Kemunduran Kerajaan Mughal di India?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Asal-Usul Kerajaan Mughal
a.
Sejarah Munculnya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan
dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk
sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan
bangsa Persia dan bangsa India.
Agama Islam masuk ke India
diperkirakan abad ke-7 M. melalui perdagangan. Dalam keterangan sejarah tahun
871 telah ada oran Arab yang menetap disana (India). Hal ini menunjukkan suatu
indikasi bahwa sebelum kerajaan Mughal berdiri, masyarakat India sudah mengenal
Islam. Realita ini dapat dilihat di kota Delhi adanya sebuah bangunan masjid
yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun1193 M. Sedangkan kerajaan Mugal
berdirinya pada tahun 1526. Jadi kerajaan Mugal ini sebagai penerus Islam
sebelumnya di India. Pada masa khullafaurrasyidin, memang sudah ada niat
penyebaran Islam ke India, hal ini diketahui pada masa khalifah Umar bin Khatab
dan Usman sudah pernah mengirim ekspedisi ke sana, tetapi rencana ini gagal
karena mendengar rawannyan daerah India. Kemudian pada masa Ali bin Abi Thalib
juga pernah mengirim suatu ekspedisi di bawah pimpinan Al-Harits bin Murah
Al-Abdi untuk menyerbu India dan berhasil menaklukkanya, malangnya sang
pemimpin terbunuh pada tahun 42 H disuatu daerah Al-Daidin yang terletak antara
Sind dan Khurasan.[2]
India menjadi wilayah Islam pada
masa Umayyah yakni pada masa Khalifah al-Walid. Penaklukan wilayah ini dilakukan
oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim. Kemudian
pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan
Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan
mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. setelah
Ghaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India
sperti dinasti Khalji (1296-1316 M), dinasti Tuglag (1320-1412 M), dinasti
Sayyid (1414-1451 M), dinasti Lodi (1451-1526).[3] Kerajaan
Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya
bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan Jengis
Khan. Sepeninggal ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun mewarisi tahta kekuasaan
wilayah Farghana. Ia bercita-cita menguasai Samarkand yang merupakan kota
terpenting di Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan
untuk mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, raja Safawi,
sehingga pada tahun 1494 Babur berhasil menaklukkan kota Samarkand dan pada
tahun 1504 menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul,
Babur melanjutkan ekspansi ke India
yang saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi. Ketika itu pemerintahan dinasti
Lodi sedang mengalami krisis dan mulai melemah pertahanannya sehingga Babur
dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam upaya menguasai wilayah India,
Babur berhasil menaklukkan Punjab tahun 1525. Kemudian pada tahun 1526 dalam
pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan sehingga pasukannya
memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan di kota ini. Dengan
ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah kerajaan Mughal
di India pada tahun 1526. Sudah tentu pihak musuh terutama dari kalangan Hindu
yang tidak menyetujui berdirinya kerajaan Mughal segera menysun kekuatan
gabungan. Namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran.
Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan
Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur
dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian Babur meninggal
dunia.
Sepeninggalan Babur, tahta kerajaan
Mughal diteruskan oleh Humayun yang ternyata tetap saja menghadapi banyak
tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat
yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Tahun 1450 Humayun mengalami
kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia
melarikan diri ke Persia. Di pengasingan ini ia menyusun kekuatannya. Ketika
itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyyah yang bernama Tahmasp. Setelah 15
tahun menyusun kekuatan dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil
menegakkan kembali kekuasaan Mughal di delhi pada tahun 1555. Ia mengalahkan
kekuasaan Khan Syah. Setahun kemudian ia meninggal
dunia.
b.
Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan
Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah
adalah Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-1556), Akbar (1556-1605),
Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707), Bahadur
Syah (1707-1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah
(1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754), Alamghir II (1754-1760), Syah Alam
(1760¬-1806), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur Syah (1837-1858).[4]
Zahiruddin Babur (1526-1530) adalah
raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan
untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih
menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak
menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu ini segera menyusun
kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu
pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang
pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat
Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian
yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan
Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun. Humayun memerintah selama
lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan
sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil
mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak
tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat
yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami
kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia
melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun
kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama
Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di
Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada
tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada
tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605) pengganti Humayun
adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai
masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di
India.
Ketika menerima tahta kerajaan ini
Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan
kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah. Di awal masa pemerintahannya,
Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih
berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan
pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan
pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II
pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi.
Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan
terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak, tetapi
dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah
persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program
ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar,
Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala,
Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu
pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar
menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[5] Dua
gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota
Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal.
Menurut Abu Su'ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan
Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu
menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang
membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di
India.
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh
Jihangir (1605-1627) yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua
kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh
rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir
berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha
pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan
yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628-1658) tampil
meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbih pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi
Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun
pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak
dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi
atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan
ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan
dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis
di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi
hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen.
Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut
hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah
menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang
saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti
Mughal berikutnya.
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi
tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur
akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa
pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa
konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri
Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur
akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja
sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan
Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur
Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan
sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang
paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad
Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun
1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai
pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein
Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian meng¬angkat Muhammad Syah
(1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan
Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya
perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan
pusat tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk
melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam
(1760¬-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin
oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya
Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi
dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam,
memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembang¬kan perdagangan di India
sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak
perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana.
Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India. Bahadur
Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah
disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan
pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana
pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam
Mughal di India.
2.
Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal.
a)
Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan.
§ Perluasan
wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa
pemerintahan Aurangzeb.
§ Pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bereorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran
§ Akbar
menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua
rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan
agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan
oleh penguasa Islam.
§ Pada Masa Akbar
terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang
dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari
pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di
samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
§ Para pejabat
dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka
mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah
sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai.
§ Wilayah
imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh
seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
b)
Bidang Ekonomi
§ Terbentuknya
sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
§ Adanya sistem
pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat
lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya
dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan
penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak
pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat
terhadapnya..
§ Sistem
pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium
ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran
tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai.
Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam
sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada
jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai
peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal
dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang
melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang
mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
§ Perdagangan dan
pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi
perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC)
-Perusahaan Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India
sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku
sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya
dalam jumlah yang besar.
c)
Bidang Agama.
§ Pada masa
Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang
menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam
beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik
dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada
prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi
itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya,
konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan
symbol-symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti
dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan
konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan,
"Din-i-llahi itu meru¬pakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
§ Perbedaan kasta
di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah
Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama
dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu
yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya
bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu
percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam
India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
§ Berkembangnya
aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk
mengembangkan pengaruhnya.
§ Pada masa ini
juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'iah.
§ Pada masa
Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi
hukum Islam yang dinamakan fattawa alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat
penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris kacau
akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
d)
Bidang Seni dan Budaya.
Bersamaan dengan majunya bidang
ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol
adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa persia maupun
yang berbahasa India. Penyair India yang terkenala adalah Malik Muhammad
Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar patmafat, sebuah
karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.[6] Karya
seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang
dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila dan
masjid-masjid yang indah.[7] Pada
masa Syah Jehan dibangun masjid yang berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra,
mejid raya Delhi dan istana indah dilghare. Dalam bidang karya seni dan budya
yang sudah dihsilkan kerajaan Mughal antara lain :
§ Munculnya
beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan
manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis
Akhbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
§ Kerajaan Mughal
termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak
karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan
Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi
bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami
Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305),
Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555).
Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota
Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
§ taman-taman
kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah,
Persia, Timur Tengah, dan lokal.
3.
Sebab-sebab Kemajuan KerajaanMughal :
Kerajaan Mughal tidak mencapai
kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk
golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap
berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut :
a.
Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik
toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik
antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
b.
Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera
dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
c.
Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan
memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang
merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup
dominan dalam ketentaraan.
d.
Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para
"Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan
atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra".
Sisa-sisa kejayaan Dinasti Mughal
dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan hingga
sekarang. Misalnya Taj Mahal di Agra, makam megah yang dibangun pada masa Syah
Jahan untuk mengenang permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah saksi bisu kemajuan
arsitektur Islam pada masa dinasti ini. Bangunan indah yang termasuk “tujuh keajaiban
dunia” ini memang sudah usang, lusuh, dan tidak terawat. Namun, kemegahan dan
keindahannya menjadi bukti sejarah akan kokohnya peradaban Islam di India pada
waktu itu. Kehidupan seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.
Demikian halnya Dinasti Islam Mughal di India. Sebagaimana dinasti-dinasti
Islam lainnya, dinasti ini pun mengalami siklus: berdiri, berkembang, mencapai
puncak, mengalami kemunduran, lalu hancur. Itulah siklus peradaban seperti yang
dikemukakan Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka melalui
teori Ashabiyah-nya.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal
didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan cucu Timur Lenk
dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan ini dimulai
ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada pertempuran
pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab dan
meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur
adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi
kerajaan tidak stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540
terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan
Humayun melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun
kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal
terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem
Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah
sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer.
Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah
Sulhul Kull atau toleransi universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar
menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas
antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan
daging sapi. Penguasa keempat adalah Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar.
Jahangir adalah penganut Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan
menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu muncul berbagai pemberontakan, terutama
oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat
permaisuri kerajaan, permusuhan antara ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
Setelah Jahangir meninggal, Kurram
naik tahta setelah mengalahkan saudaranya, Asaf Khan. Kurram bergelar Shah
Jahan (1627-1658 M) . Masa ini banyak terjadi pemberontakan, terutama dari
kalangan keluarga kerajaan. Aurangzeb, panglima dan juga putra ketiga Shah
Jahan berhasil memadamkan pemberontakan dari keturunan Lodi. Keberhasilan
Aurangzeb membuat saudara tertuanya, Dara, merasa iri dan menuduh ingin merebut
tahta kerajaan. Namun ketangguhan Aurangzeb berhasil mengalahkan saudaranya
sekaligus menangkap ayahnya, Shah Jahan. Hal ini pernah dilakukan sendiri oleh
Shah Jahan terhadap kakek Aurangzeb, Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M)
menggantikan ayahnya, Shah Jahan. Kebijakan Aurangzeb sangat berbeda dengan
yang dilakukan oleh para pendahulunya terutama buyutnya, Akbar Khan. Ia melarang
berjudi, minuman keras, upacara sati, serta membolehkan pengrusakan kuil-kuil
Hindu. Kebijakan ini menimbulkan banyak pemberontakan terutama dari kalangan
Hindu. Namun karena kekuatan pasukan Aurangzeb, semua pemberontakan dapat
dipadamkan.
Kebesaran namanya sejajar dengan
kebesaran nama buyutnya, Akbar Khan. Meski pemberontakan bisa dipadamkan oleh
Aurangzeb, namun setelah kematian Aurangzeb, banyak propinsi yang memisahkan
diri. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran, meskipun tetap berkuasa selama 150
tahun berikutnya. Penguasa setelahnya antara lain: Bahadur Syah (1707-1712 M),
Jhandar Syah 1713, Azim Syah 1713, Faruk Syiyar 1719, Muhammad Syah 1749, Ahmad
Syah 1754, Alamgir 1759, Syah Alam 1806, Akbar II dan raja terakhir Bahadur
Syah II 1858.
Peradaban Kemaharajaan Mughal Di
bidang politik, Sulhul Kull berhasil menyatukan rakyat Islam, Hindu, dan
penganut lainnya. Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal dengan pasukan yang
kuat. Terdiri dari pasukan gajah, berkuda, dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi
distrik-distrik yang dikepalai oleh Sipah Salar. Di bidang ekonomi, memajukan
pertanian. Terdiri dari padi, kacang, tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempah.
Pemerintah membentuk sebuah lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta
hubungan dengan para petani. Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia
Tenggara dll. Masa Jahangir, investor diizinkan menanamkan investasinya,
seperti mendirikan pabrik. Di bidang seni, Jahangir merupakan salah satu
pelukis terhebat. Kemaharajaan Mughal juga terkenal dengan ukiran dan marmer
yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Diantara bangunan yang terkenal:
benteng merah, makam kerajaan, masjid Delhi, dan yang paling popular adalah Taj
Mahal di Aghra. Istana ini merupakan salah satu keajaiban dunia yang dibangun
oleh Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Noor Mumtaz Mahal yang cantik
jelita.
Taj Mahal - salah satu peninggalan
Dinasti Mughal di India
Di bidang sastra, banyak sastra dari bahasa Persia diubah ke bahasa
India. Bahasa Urdu yang berkembang di masa Akbar, menjadi bahasa yang banyak
dipakai oleh rakyat India dan Pakistan sampai sekarang. Di bidang ilmu
pengetahuan, Syah Jahan mendirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb
mendirikan pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat
dasar yang dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar
di India. Pelajaran dari Kemaharajaan Mughal Salah satu Ketidakharmonisan
hubungan kekeluargaan, antara ayah dan anak, adik dan kakak menjadi salah satu
faktor lemahnya kemaharajaan Mughal dari dalam, hal ini telah terjadi pada
beberapa Dinasti Islam sebelumnya. Dalam penggalan sejarah Dinasti Mughal,
tampil dua penguasa paling berpengaruh: Akbar
Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam dekade yang
berbeda, tetapi kebijakan Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan
pengembangan Islam di India, memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Akbar mengembangkan pola Islam sinkretis. Sebaliknya, Aurangzeb mengembangkan
pola Islam puritan.
Dalam perspektif politik, langkah
Akbar ini dianggap sah, bahkan cerdas. Sebab, substansi politik adalah
tercapainya tujuan, meskipun pada saat bersamaan terdapat aspek-aspek tertentu
yang terabaikan. Orang boleh melakukan apa saja dalam konteks politik. Akbar
telah memposisikan Islam tidak lebih dari sekedar simbol formal tanpa makna.
Karena itu, dia dengan mudah meleburkan dan mencampuradukkan Islam dengan
berbagai kepercayaan lain. Dalam situasi ini, Islam kehilangan identitasnya.
Ketinggian dan keluhuran ajaran Islam juga tereduksi sedemikian rupa. Hal ini
menyebabkan ketegangan dengan para penganut Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula
dengan Aurangzeb. Wajah Islam di India pada masa Aurangzeb tampak lebih
dominan. Dia berusaha mengangkat kembali citra Islam yang tampak “redup”
beberapa dasawarsa sebelumnya. Ia giat mengembalikan kemurnian Islam. Usaha ini
patut dihargai. Sebab, dari sini terlihat kecintaan seorang Aurangzeb terhadap
Islam. Namun, perlu diingat, Islam adalah agama yang mensponsori perdamaian,
tanpa paksaan, dan tidak mentolelir berbagai tindak kekerasan terhadap pemeluk
agama lain. Memurnikan ajaran Islam dengan merusak tempat ibadah agama lain,
bukanlah pesan Islam.
Kebijakan Aurangzeb untuk
menghancurkan kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di jalan-jalan agar selalu
diinjak tampaknya menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan terjadinya
pemberontakan hebat dari kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan oleh
pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah
merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania yang masuk ke India pada 1600 M. dan
mulai melakukan penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta
membubarkannya tahun 1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis.
4.
Kemunduran Dan Keruntuhan Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal mencapai puncak
kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605). Generasi sesudah Akbar
yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707) masih
dapat mempertahankan kemajuan tersebut. Namun Raja-raja pengganti Aurangzeb
merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan
politik dalam negeri.
Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana
berikut ;
a.
Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan
kekuasaan, dan lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
b.
Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti
pemberontakan kaum Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum
muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai
faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami kerugian.
Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan
pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena
rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam
bangkit mengadakan pemberontakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1)
Kerajaan Mughal berdiri pada periode pertengahan. Setelah masa
pertengahan usai, muncul tiga kerajaan besar yang dapat membangun kembali
kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Mughal.
Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai negara adikuasa pada
zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu menguasai
perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan kebudayaan yang
monumental.
2)
Era kemaha-rajaan Mughal berlangsung dari tahun 1526 M (era dinasti
Babur) sampai sekitar tahun 1707 M (dinasti Awramzib). Demikian makmur dan
kayanya para maha raja ini, bisa dikatakan bahwa antara abad ke-16 sampai abad
ke-17, India mengontrol sekitar seperempat ekonomi global. Duta besar inggris
pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru, dalam siratnya menggambarkan
kekayaan raja Jahangir (1569-1627 M) begitu melimpahnya sampai-sampai ia
menyebutnya sebagai “kekayaan dunia”.
3)
Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai dengan konflik di kalangan
keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan
Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek
moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian. Ketika
Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang
juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan
Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu
Khurram, menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati
ajalnya, anak-anak Syah Jihan di antaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan
Murad Bakhs saling berebut kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang
berkepanjangan.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami
sajikan semoga dapat menambah wawasan
dan bermanfaat, kami selaku penyaji mohon saran dan kritiknya demi kebaikan
kita bersama, karena kami yakin masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
kami membuat ini.
Daftar Pustaka
Ali K. Tarikh, Sejarah
Islam Pra Modern, (Jakarta : Srigunting, 2000)
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta : Rajawali Pers,
2008 )
http://lppbi-fiba.blogspot.com di akses tanggal, 25
Maret 2012
Harun Nasution,
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI
Press,1985)
Http//kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html, di akses
tanggal, 25 Maret 2012
http://mustaqimzone.wordpress.com/2011/01/30/kerajaan-mughal-di-india/
[1] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta : Rajawali Pers,
2008 ), hlm.145.
[2] http://lppbi-fiba.blogspot.com
di akses tanggal, 25 Maret 2012
[3] Harun Nasution,
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI Press,1985),
hlm. 82.
[4] Http//kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html,
di akses tanggal, 25 Maret 2012
[6] Badri Yatim, Op.Cit, hal. 150.
[7] Ibid ,
hal.150-151.